Menularkan Kebaikan
Illustrasi by Mega with ibispaintx |
Ibu Alfar wanita yang
sangat baik hati. Namun, ia tengah
bersedih sebab putranya kerap enggan dimintai bantuan. Belakangan, Alfar berubah menjadi anak yang
pamrih sebab selalu diberi upah oleh Nenek Yuma, wanita yang tinggal
bersebelahan dengan rumah mereka setiap kali memberikan bantuan. Karena kerap
diberi imbalan, Alfar akhirnya berpikir bahwa setiap budi baik harus dihargai
dengan sejumlah uang atau minimal hadiah yang menyenangkan.
"Tidak semua
kebaikan harus dibayar dengan uang atau sesuatu, Far. Coba bayangkan, bagaimana jika seluruh jasa
seorang ibu harus dibayar
oleh anaknya? Tentu Alfar takkan sanggup menggantinya
sekalipun dengan uang sebanyak apapun," ibunya
mencoba menasehati Alfar di suatu
sore ketika menolak permintaan membeli gula di warung terdekat. Alfar keberatan sebab sang ibu menolak
melebihkan sejumlah uangnya
untuk jajan.
"Tapi Bu, Nenek
Yuma kerap bilang, setiap kebaikan akan dibalas dengan kebaikan," jawabnya
dengan tampang kesal. "Itulah sebabnya
kenapa nenek selalu memberikanku upah sebagai tanda balas jasa," jelas
Alfar.
Senyum mengembang di
wajah ibu, "Ooo begitu, sepertinya Alfar salah menangkap maksud Nenek
Yuma. Setiap kebaikan memang akan
berbalas dengan kebaikan namun tidak mutlak diberikan oleh siapa yang
ditolong. Mereka bisa meneruskan
perbuatan baik itu pada orang lain lagi, begitu seterusnya, dan Alfar harus
yakin perbuatan mulia nantinya akan berbuah kebajikan yang kembali kepada
dirimu sendiri."
Kening Alfar sempat
berkerut seolah tak paham.
"Begini saja,
bagaimana jika besok Alfar mencoba berbuat satu kebajikan, semisal menolong
orang lain tanpa mengharap imbalan. Kalau ia berterima kasih, coba tawarkan
supaya ia bersedia menularkan sebuah kebaikan kepada orang lain lagi, lalu seterusnya
ia juga meneruskan menolong sesama, lalu diteruskan lagi, dan lagi tanpa
berhenti..."
"Wah ...
sepertinya kebaikan akan terus menyebar dan dunia ini tentu teras lebih
menyenangkan ya, Bu." Ucap Alfar antusias.
"Nah ... memang
itu tujuannya, Nak."
Keesokan harinya di
sepanjang perjalanan menuju sekolah, Alfar terus berpikir bagaimana caranya
agar kebaikan yang dimaksud ibunya dimulai dan berjalan seperti tongkat
estafet.
Ketika pelajaran di
kelas usai, tiba-tiba Alfar memiliki ide. Ia menawarkan bantuan kepada Bu
Susan, gurunya, untuk membawakan buku teman-teman ke kantor. "Terima kasih Alfar, kamu murid
yang sangat baik," puji Bu Susan sesampainya mereka di meja
pribadinya.
"Sama-sama Bu,
saya hanya berusaha menebar kebaikan, seperti yang ibuku anjurkan " jawab
Alfar seraya menjelaskan isi perbincangan dengan ibunya tadi pagi pada sang
guru.
"Wah, itu manis
sekali Alfar," kata Bu Susan.
Bel tanda
sekolah usai sejak tadi telah berbunyi, sebagian anak-anak masih menunggu para
orang tua menjemput di depan gerbang, begitupun dengan Alfar. Ia melihat Bu
Susan menyapa Pak Sahid, satpam sekolah yang sedang duduk di depan gerbang
bersama teman sekelasnya, Marsha.
"Belum bersiap
untung pulang, Pak?" tanya sang guru.
"Marsha dan Alfar belum dijemput, Bu. Saya harus menunggui mereka dulu."
Bu Susan tiba-tiba
teringat kebaikan yang Alfar lakukan tadi.
Benak Bu Susan menyimpan
keinginan meneruskan kesempatan menularkan hal
baik seperti yang Alfar tadi lakukan. Bu Susan pun
mengeluarkan ponsel di sakunya dan menghubungi orang tua Marsha, dilanjutkan dengan menelpon Ibu Alfar.
"Ibunya Marsha sedang
bermasalah dengan motornya di bengkel depan sana Pak, jadi ia mohon maaf jika
terlambat menjemput. Sedangkan Alfar
telepon ibu tidak diangkat, mungkin ibumu tengah di jalan"
Ujar Bu Susan.
Alfar
mengangguk sedangkan Pak Sahid menarik napas
lega, "terimakasih, Bu."
Bu Susan menjawab,
"Jangan berterimakasih pada saya, Pak, saya hanya berusaha menolong, satu
kebaikan sehari itu menyenangkan,
iya ‘kan Alfar?” ia melirik Alfar sambil melempar senyuman. Alfar tertawa
dengan riangnya.
"Oh, bagaimana kalau
saya antarkan Marsha ke ibunya, agar saya pun bisa pulang tepat waktu dan tentu
berkesempatan meneruskan budi Ibu,"
seru Pak Sahid.
"Lalu Alfar saya tunggui sejenak sampai ibunya datang
menjemput? Wah, sepertinya itu ide bagus ... bagaimana
menurutmu Marsha?" Tanya Bu
Susan.
Alfar yang
memperhatikan interaksi mereka hanya bisa tersenyum, ia membatin ternyata
menularkan kebaikan itu indah dan menyenangkan.
“Tak masalah Bu, saya pikir tentu ibu akan senang,” Marsha menjawab dengan riang. Tak lama Bu Susan kembali menelpon untuk memastikan, Pak Sahid mengeluarkan sepeda motornya dari tempat parkir dan menghampiri Marsha.
"Titip Marsha ya,
Pak!" Seru Bu Susan dari kejauhan.
Pak Sahid memacu
kendaraan roda dua menuju bengkel yang dimaksud.
“Nah, sekarang
hanya tinggal menunggu ibumu datang, Far.” Ucap Bu Susan. Namun baru selesai
bicara, deru kendaraan roda dua yang begitu Alfar kenali mendekat.
“Nah! itu ibu
datang.” Jawab Alfar gembira. Ia segera menghampiri Ibu lalu naik ke
boncengan. “Sampai Jumpa Bu Susan, terima kasih. Assalamualaikum!”
ucapnya lagi.
Bu Susan menjawab
sambil tersenyum kepada ibu Alfar, “waalaikumsalam, hati-hati di jalan.”
Sementara itu,
Ibu Marsha menyambut dengan gembira kedatangan Pak Sahid dan Marsha di Bengkel, "Wah, terima kasih Pak Sahid, telah
sudah sudi mengantarkan anak saya, maaf sudah merepotkan," sambut Ibu
Marsha saat anaknya meloncat turun dari jok belakang.
"Oya, ini sekedar
membantu mengganti uang bensin, Bapak," kata Bu Marsha sambil menyodorkan
uang puluhan ribu.
"Tidak usah, Bu,
saya ikhlas menolong. Simpan saja,
mungkin ada orang lain yang lebih membutuhkan. Melakukan satu kebaikan pada
orang lain ternyata menyenangkan. Seperti yang Bu Susan bilang tadi, benar ‘kan Marsha?" tukasnya sambil
tersenyum.
"Iya tentu saja,
Pak, aku pun ingin melakukannya juga
jika ada kesempatan," sahut Marsha dengan penuh
semangat.
"Wah, kebaikan
yang diteruskan tiada henti dan menyebar luas maksudnya ya, Pak? Masha Allah
Indah sekali ..." tandas Bu Marsha.
"Betuul, Bu...
kalau begitu sampai jumpa Bu, Marsha," sahut Pak Sahid sambil dan
melambaikan tangan.
Marsha dan ibunya menjawab,
“sampai jumpa Pak Sahid dan terima kasih.”
Ibu Marsha sangat terkesan
dengan kebaikan yang Pak Sahid lakukan.
Ia sempat termangu dan berpikir apa yang kira-kira dapat ia lakukan
untuk ikut membantu dan menolong sesama seperti yang dilakukan Pak Sahid? Ia
belum mendapatkan ide. Tak tak lama
kendaraannya selesai diperbaiki.
Setelah membayar sejumlah uang kepada montir, Ibu Marsha meneruskan
perjalanan lalu berbelok ke sebuah mini market.
"Kita mampir
sebentar untuk membeli sabun dan susu," jelas ibu Marsha.
Marsha mengangguk
sambil ikut melangkah masuk dengan riangnya, sebab ia tahu ibunya pasti
memperbolehkan mengambil paling tidak satu makanan kesukaannya.
Di depan kasir, "lihat
Marsha ... ada Alfar, teman sekolahmu!" Seru Ibu Marsha riang seraya menyapa
keduanya.
Marsha melempar
senyuman untuk sang teman. "Eh ada Ibu Marsha, lho
kok Marsha masih mengenakan baju sekolah, baru pulang, ya?" Ibu Alfar sepertinya
tengah sibuk mencari sesuatu di dalam tasnya
sekalipun menjawab salam sambil tersenyum.
"Iya, tadi motor
saya sempat mogok, Bu,
untunglah Pak Sahid bersedia membantu
mengantarkan Marsha ke bengkel. Ngomong-ngomong, apa ada masalah, Bu?"
Sahut Bu Marsha yang menangkap kecemasan di wajah Ibu Alfar.
"Mm ... ini sepertinya dompet
saya ketinggalan, Bu." Wajah Ibu Alfar bersemu merah, "Alfar,
jajanannya kita batalkan saja ya Nak, taruh dulu keranjangnya, maaf ya, dompet
ibu gak ada mungkin tertinggal di rumah," bisiknya kepada Alfar.
Wajah Alfar
menekuk tanda kecewa
namun ia hanya bisa mengangguk
pasrah.
"Jangan, Bu,
jangan dibatalkan ... biar saya saja yang bayar karena ini peluang kebaikan
seperti yang Pak Sahid bilang tadi. Saya
ingin meneruskan berbuat baik pada orang lain dan membuat hidup terasa lebih
indah," tukas Bu Marsha cepat
sambil mengambil keranjang yang dipegang Alfar dan menyodorkannya ke kasir.
“Iya Alfar, biarkan ibuku membayarnya ya,” pinta Marsha dengan tatapan
memohon.
Kedua mata Alfar kembali bersinar gembira,
kalian pasti tahu tahu mengapa dia begitu bersemangat!
Ya, karena sekarang
Alfar tahu jawaban dari kebaikan yang ia buat tadi pagi. Selain menular dan menyebar luas, ternyata
kebajikan itu bisa saja kembali
padanya dalam bentuk lain ...
Waaah ... beruntungnya
Alfar!
No comments: