Impianku jadi Tentara
Oleh
: Rafi Afnan Ilhamdi
Namanya
Hamdi, lahir tepat pada hari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), 5 Oktober,
sebelas tahun silam. Ibunya kerap
berkelakar bahwa hari ulang tahunnya akan selalu diperingati oleh seluruh rakyat
Indonesia. Awalnya, Hamdi kecil
bingung. Kenapa bisa begitu? Ternyata
rasa penasarannya terjawab, ketika tepat menjelang hari ulang tahunnya ia
terbangun dan melihat deru pesawat terbang yang terus berputar di udara. Saat itu kebetulan mereka tinggal di
Cijantung, Jakarta Timur. Sebuah sudut ibukota yang identik dengan markas besar
kopasus Indonesia.
“Lihat,
Nak, banyak pesawat tengah latihan akrobatik di udara.” Tunjuk ibu sambil
mendongak ke angkasa.
Hamdi
menatap dengan penuh rasa kagum, “untuk apa mereka latihan seperti itu, Bu? Kalau aku sih serem, takut jatuh.”
“Mereka
itu tengah latihan, Nak, selain menghibur warga kota, pertunjukan itu akan
dipentaskan di hari ABRI, senin mendatang.”
“Ooh
... tepat di hari ulang tahunku seperti yang sering ibu bilang, ya?”
“Betul
...”
“Nanti
biasanya tepat di hari itu, seluruh stasiun TV akan menayangkan puncak perayaan
hari ulang tahun dan presiden selaku panglima ABRI akan berjalan memantau
barisan dengan gagahnya.”
“Wah,
aku tak sabar melihat para tentara berbaris rapi ...” teriak Hamdi antusias.
“Kebetulan
tahun ini, peringatan HUT TNI akan diselenggarakan di markas Kopassus.” Ujar
ibu dengan mata berbinar.
“Bisa
kita melihat ke sana, Bu.”
“Tentu,
Nak, kita akan melihat mereka lebih dekat nanti.”
Upacara
HUT TNI terasa begitu meriah dan mengharukan.
Para penerjun payung, pesawat tempur dan tentara dari seluruh angkatan
hadir dan berbaris rapi di lapangan.
Hamdi tidak akan pernah melupakan momen itu. Tiba-tiba terlintas di benaknya
salah seorang pamannya, sepupu dari Ibu, Amran namanya. Saat ini, Paman Amran bertugas di Yordania
sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian dunia. Tiap kali melihatnya berseragam lengkap,
Hamdi ingin seperti dirinya. Pamannya
itu lincah dan cekatan dalam mengerjakan segala hal, apalagi dalam ilmu bela
diri.
Seringkali
di waktu senja, Hamdi dibawa sang ayah melintas di depan kantor kopasus. Bukan
hanya untuk bermain ala mata-mata seperti di film-film, tapi mereka juga ingin
melihat kegiatan latihan para tentara. Kadang
mereka tengah berlari melintasi lapangan, belajar menembak, atau merayap di
tanah di bawah pagar duri yang sengaja dibuat untuk latihan. Tak jarang, jika beruntung mereka menyaksikan
para penerjun payung yang tengah melakukan pendaratan di zona latihan. Sekalipun terlihat berat, sudah bisa
dipastikan menjadi tentara adalah tugas mulia sebab menjaga pertahanan dan
keamanan negara.
“Di, coba kamu pilihkan, jaket mana yang cocok
untuk ayah.” Pinta ayah suatu ketika saat mereka berkunjung ke sebuah Mall di
akhir pekan.
Hamdi
dengan antusias memilih corak loreng ala tentara dan menyodorkan kepada
ayahnya.
“Biar
ayah mirip tentara!” Gurau Hamdi
Ayah
tertawa seraya berkata, “Iya ayah dulu memang sempat bercita-cita menjadi
tentara, namun sayang tak kesampaian, karena ayah malah memilih kuliah di
jurusan teknik,” Jelasnya.
“Tenang,
saja Yah, nanti Hamdi yang mewujudkan keinginan itu,” ucapnya sambil menepuk
dada.
“Wah!
Itu keren, Nak! Semangat terus mengejar cita-citamu ya, ayah doakan semoga
Allah mengabulkan keinginan itu. Aamiin.”
No comments: