Semarak 17 Agustusan di Kelurahan Jagabaya 2
Pagi itu speaker masjid berbunyi nyaring. Pengurus masjid mengumumkan adanya perlombaan 17an di pelataran masjid. Semua warga menyambut antusias tak terkecuali anak-anak dan dewasa. Sekalipun pandemi covid-19 belum sepenuhnya reda.
Perlombaan yang digelar lumayan banyak, mulai dari lomba balap karung, memindahkan belut, makan kerupuk, balap kelereng, tarik tambang, dan bakiak. Uniknya ... semua warga boleh ikut, karena kategori perlombaan ada yang diperuntukan bagi anak-anak dan dewasa.
Kedua krucil saya cukup antusias sebab libur sejak pandemi melanda membuat anak-anak seolah haus akan hiburan. Dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan saya pun mengizinkan nereka mengikuti berbagai cabang perlombaan yang diminati.
Membawa sendok sendiri dari rumah untuk jaga-jaga perlombaan balap kelereng, hand sanitizer, dan masker kami mantap berbaur dengan masyarakat.
Feera mendaftar lomba kerupuk, balap kelereng, memasukkan paku ke dalam botol dan memindahkan belut. Sementara si sulung Hamdi memilih balap karung, bakiak, balap kelereng, memasukkan paku ke dalam botol.
Dua hari emak dibuat sibuk bolak balik sebab keduanya merengek saya kudu mendampingi mereka berlomba. Katanya ada kebanggaan tersendiri apabila mereka berlomba disemangati bahkan difoto oleh ibunya sebagai kenangan indah kelak suatu hari nanti.
Okelah ... Akhirnya sayapun meluangkan waktu dua hari bersenang-senang bersama mereka di lomba 17an kali ini.
Kemeriahan 17an di Kota Kami
Sabtu, 16 Agustus jam 9 pagi para panitia, penonton dan peserta lomba sudah berkumpul di lapangan masjid.
Hari itu kategori lomba yang digelar adalah balap karung anak putra, balap karung ibu-ibu, makan kerupuk anak putra dan putri, balap kelereng anak, balap kelereng ibu-ibu, dan memasukkan paku ke dalam botol.
Sorakan para penonton selalu meriah memecah suasana menjadi penyemangat tersendiri bagi para peserta lomba. Kedua krucil saya antusias menunggu perlombaan yang diikuti sambil menikmati suasana, sesekali berlarian ke sana dan kemari bersama para sahabat.
Terjeda salat zuhur dan ashar, perlombaan terus berlangsung hingga menjelang magrib, sekalipun tak ada yang keluar sebagai juara, kami akhirnya pulang dengan wajah ceria.
Hari ke dua, tepat tanggal 17 Agustus perlombaan dibuka dengan para peserta yang berbaris dan menyanyikan lagu Indonesia Raya tepat jam 10 pagi. Anak-anak dan orang dewasa yang berkumpul sebagian besar adalah warga kelurahan Jagabaya 2, sisanya adalah santri tahfidzul quran yang berasal dari kelurahan seputaran Bandar Lampung.
Saya cukup terkesan dengan si kecil yang antusias mengikuti lomba memindahkan belut. Tak disangka ia mampu mengatasi ketakutannya memegang hewan licin itu. Padahal seumur hidup ia belum pernah mencobanya. Sekalipun gak menang sebagai juara pertama, ia sudah belajar satu hal yang baru ... toh perlombaan hakikatnya gak semata-mata pembuktian siapa juara terbaik kan? Apalagi momen 17an, setidaknya anak-anak belajar berkompetisi dan berani tampil di depan umum.
Keseruan para anak gak kalah dengan momen tatkala para emak yang berlomba. Dimanapun keceriaan ala emak-emak memang bikin ramai suasana ya... Lomba balap kelereng khusus ibu-ibu dibuat rada unik, dengan menambahkan balon yang dikepit di paha. Jadi para peserta harus bisa membawa kelereng yang diletakkan di dalam sendok dan digigit, sementara mereka juga harus berjalan ke garis finish dengan balon yang tak boleh terjatuh. Kocak dan bikin penonton tak berhenti tertawa.
Kalau saya paling demen dengan lomba bakiak beregu dan tarik tambang. Menurut saya kedua lomba ini akan selalu everlasting, seru dan sesuai dengan semangat persatuan yang diusung setiap 17 agustusan.
Sayangnya lagi-lagi para krucil dan regunya gagal keluar sebagai pemenang. Tak masalah, bagi saya sudah bersedia berpartisipasi memeriahkan acara sudah luar biasa. Sebab mengalahkan sungkan dan malu tampil di muka publik.
Satu catatan kecil saja, pas lomba kerupuk masih dilakukan seperti kebiasaan lama. Pengennya sih peserta duduk dengan kerupuk yang digantung. Kan sesuai hadist "Lataqul Bil Qiyam" hehehe ....lagipula, supaya peserta gak pegel amat terlalu mendongak dan membungkuk mengejar si kerupuk yang terus bergoyang.
Lomba Balap Kelereng |
Tradisi Lama yang Lestari Hingga Kini
Tahukah kalian, kalau tradisi perlombaan 17an pertama kali digelar tahun 1950. Kala itu kondisi negara yang baru lima tahun merdeka mulai kondusif bagi rakyat dan intensitas pertempuran dalam rangka bela negara mulai jauh berkirang
Awalnya kegiatan ini digelar sebagai hiburan rakyat, juga sebagai simbol perayaan kemenangan para pejuang yang berhasil mempertahankan negara kala itu.
Beberapa lomba khas yang digelar menyambut HUT Ri biasanya lomba makan kerupuk, bakiak, tarik tambang, balap karung, dan panjat pinang. Kesemuanya memiliki makna tersirat, seperti:
1. Balap Karung
Zaman dulu pakaian rakyat jelata masih banyak yang menggunakan bekas karung. Awal kemerdekaan karung goni, bekas tepung ataupun karung plastik yang paling banyak dikenakan sehingga mudah sekali di dapat. Nah, atas dasar inilah lomba ini digelar.
Lomba Balap Karung |
2. Makan Kerupuk
Simbol bahwa masyarakat Indonesia zaman dahulu yang hidup susah di bawah penjajahan kerap hidup prihatin dengan lauk seadanya, bahkan hanya berteman nasi dan kerupuk.
3. Bakiak, Tarik Tambang, Panjat Pinang
Sebagai simbol semangat kerjasama, gotong royong dan persatuan bangsa Indonesia dalam melawan penjajahan. Kalau saat ini perlombaan digelar sebagai bentuk implementasi menjaga kerukunan hidup berbangsa.
Belakangan lomba yang digelar di setiap daerah di nusantara makin beragam, sebagai contoh di kelurahan saya sendiri, ada tambahan lomba memindahkan belut, memasukkan paku dalam botol. Namun untuk panjat pinang tahun ini absen, sebab terkendala panitia kesulitan mencari batang pinang yang mulai langka.
Well, apapun lombanya buat saya pribadi sih memeriahkan acara 17an dengan mendampingi anak-anak berlomba sudah merupakan hiburan tersendiri. Menang kalah bukan prioritas, namun semangat berlomba dan kebersamaan mereka dengan para sahabat kelak akan terus terpatri dalam ingatan. Syukur-syukur mereka mewarisi semangat gotong royong dan saling bahu membahu para pejuang terdahulu.
Dirgahayu 75 tahun untuk ibu pertiwi tercinta!
Lomba Makan Kerupuk |
Memasukkan Paku dalam botol |
No comments: