Jangan Masuk Sebelum Diizinkan Pemilik Rumah
Hari raya idul Fitri kali ini disambut dengan antusias oleh Dika dan Salma, sebab ini pertamakalinya mereka mudik menggunakan pesawat terbang ke kota kelahirang ibunya di Bandar Lampung. Tahun lalu, keluarga kecil itu pindah ke Batam mengikuti sang ayah yang bertugas di sana.
Pada hari raya sebelumnya, keluarga kecil itu kerap merayakan idul fitri di kota tempat ayahnya bertugas. Sebagai pegawai negeri di sebuah instansi pemerintah, ayah mereka memang kerap kali ditugaskan keliling nusantara.
Deru mesin pesawat terdengar memekakkan telinga. Salma memegang erat tangan ibunya dengan wajah cemas. Ayah sepertinya mengerti ketakukan anak-anak, oleh sebab itu ia mengingatkan agar tetap tenang dan berdoa. “Doa adalah senjatanya mukmin yaitu tanda seorang hamba telah berserah atas setiap setiap qodo dan qadar yang di tetapkan Allah,” terang ayah.
Tepat saat pesawat hendak lepas landas, ayah memimpin doa, ”Subhaanalladzi sakhkhara lanaa hadza wamaa kunnaa lahuu muqriniin wainnaa ilaa rabbina lamunaqlibuun, artinya, Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami.”
Kecemasan itu seketika reda Dika dan Salma melongok keluar jendela, ”MasyaAllah, Dik, indah sekali pemandangan di luar sana,” seru Dika. Salma pun ikut berdecak kagum. Betapa indahnya langit yang dihiasi awan beserta panorama laut dan rumah-rumah yang terhampar di bawah sana. Tak henti-hentinya mereka bertasbih mengagumi kebesaran Allah yang telah menciptakan alam semesta.
Tak terasa perjalanan dari Bandara Hang Nadim akhirnya tiba di Bandara Raden Inten II satu jam kemudian.
***
Keesokan harinya, sepulang dari masjid menunaikan shalat Idul Fitri, Dika dan Salma sudah bersiap untuk bersilaturahim dengan tetangga di kampung halaman. Mengenakan baju baru hadiah dari ayah dan ibu karena telah berpuasa penuh, Dika berbicara pada sang adik, “Biasanya kalau lebaran di kampung kita akan lebih banyak mendapat hadiah uang.”
Ibu yang tak sengaja mendengar ucapan Dika hanya tersenyum sambil berkata, “jangan semata mengejar uang ketika nanti berkeliling ke rumah tetangga dan sanak saudara, melainkan silaturahimnya yang lebih diutamakan. Hadiah itu bentuk dari tahaddu tahabbu yaitu tanda kasih sayang kepada saudara, namun bukan berarti harus diukur dengan benda dan uang. Jadi jangan kecewa kalau tidak diberi, jangan juga meminta sebab tidak semua keluarga diberi kepalangan rezeki,” jelas ibu.
Kedua kakak beradik itu mengangguk mengerti.
Saat tiba di rumah tetangga pertama yang hendak dikunjungi, ayah mengetuk pintu sambil mengucap salam, “Assalamualaikum ...,” namun tidak ada sahutan dari pemilik rumah, padahal pintu rumahnya terbuka lebar. Ayah kembali mengetuk dan memberi salam. Dika dan Salma terlihat tidak sabar hendak memasuki rumah itu.
“Eiiit ... Nak, Rasulullah mengajarkan, jangan memasuki rumah orang lain ketika bertamu, sebelum pemilik rumah mempersilahkan masuk,” cegah ibu mengingatkan.
“Kenapa, Bu?” sahut Salma dengan wajah bingung menghentikan langkahnya yang hendak masuk.
“Sebab rumah seumpama aurat seseorang sehingga kita pun harus menjaga pandangan. Kecuali jika tuan rumah sudah mengizinkan,” jelas ibu.
“Dalam hadist Abu Daud Rasulullah pernah mengajarkan kepada seorang pemuda yang hendak meminta izin ke rumah nabi. Rasulullah yang pada saat itu tengah di dalam rumah mengatakan kepada pembantunya, “Temuilah orang itu dan ajarkan padanya cara meminta izin dengan mengucapkan, “Assalamualaikum, bolehkah aku masuk?” Lelaki itu kemudian mendengar apa yang dikatakan rasulullah dan kemudian berkata “Assalamualaikum, bolehkah aku masuk” Lalu nabi Muhammad memberi izin dan masuklah ia,” sahut ayah mereka menambahi.
Tak lama, pemilik rumah keluar dengan wajah berseri, diikuti oleh kedua anaknya. Ilham dan Dinda
“Bolehkah kami masuk?” Pinta ayah Dika dengan sopan.
“Waaah ... rupanya ada tetangga jauh ini, ayo mari silahkan masuk. Halo siapa ini Pak nama putra-putrinya? Ilham dan Dinda kenalan dulu ini ada dua teman baru kalian,” sahut pria sang pemilik rumah.
Dengan antusias Ilham dan Dinda langsung menyalami Dika dan Salma sambil menyebutkan nama masing-masing.
“Ayo kita bermain di dalam,” ajak Ilham kepada Dika dan Salma.
Dika memandang ayahnya seolah hendak meminta izin.
“Silakan masuk ke ruang tengah, Nak, ada banyak makanan yang bisa kalian cicipi juga di sana,” sahut ibu Ilham dengan bijak.
Ayah memberi isyarat dengan anggukan. “Jangan membuat berantakan di dalam ya, Nak. Kasihan nanti ibunya Ilham capek membereskan,” lanjut Ibu Dika mengingatkan.
Keempatnya langsung berlari dan bermain bersama di ruangan berbeda. Tak lama celoteh nyaring mereka terdengar dengan riangnya. Wah .... pengalaman pertama berlebaran di kampung halaman ibu bagi Dika dan Salma sungguh menyenangkan!
****
Ini adalah salah satu cerita dalam buku "wow, mudik asyik" yang saya tulis bersama group Wonderland Family. Masih banyak karya penulis keren lainnya dalam buku ini yang memuat pengalaman seru seputar mudij dan adab safar.
Info dan pemesanan 089667194764
No comments: