Meput Lesung, Tradisi Warisan Leluhur yang Sesuai Syariah
Untuk sebagian orang Lampung ini sih seru! Makan bareng di atas lesung alias ulekan, or batu pipih untuk menumbuk sambal. Apalagi kalau diracik dengan dilan (terasi), plus ikan goreng, lalapan, dan lauk pauk penunjang.
Glek! Bikin nelen air liur lagi nih ... hehehe
Budaya Warisan Leluhur
Meput lesung adalah tradisi makan khas Lampung dengan menaruh nasi serta lauk pauk berserta sambal langsung di atas ulekan sambal atau dalam bahasa Lampung-nya adalah lesung.
Entah sejak kapan budaya ini tepatnya dimulai... yang jelas, di kalangan masyarakat Lampung makan bersama di atas ulekan sudah menjadi tradisi turun menurun sejak zaman dahulu.
Bahkan di instansi pemerintahan seperti Dinas Pariwisata dan budaya Lampung sendiri meput lesung kerap termasuk sebagai agenda dari festival wisata daerah yang diharapkan mampu menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara.
Source : 9silsilah.com |
Terakhir kalau gak salah maret 2019 lalu, Dalam rangka Hut-22 Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang, Dinas Pariwisata Daerah Lampung menggelar acara ini, menghadirkan bupatinya Winarni yang turut serta mengulek sambal di atas lesung yang kemudian dinikmati bersama stafnya dan para undangan.
Referensi : Tribun Lampung
Tradisi Sesuai Syariat
Tahu gak sih ... kalau makan bersama di satu tempat ini sejalan dengan sunnah Rasulullah. Konon nabi dan para sahabat terkadang makan bersama di satu tempat. Bedanya, konon nabi bersama sahabat diriwayatkan kerap makan bersama menggunakan nampan.
Sumber : www.bincangsyariah.com |
“Hendaklah kalian makan secara bersama-sama, dan sebutlah nama Allah, maka kalian akan diberi berkah padanya.” (H.R. Abu Daud)
وقال أنس رضى الله عنه كان رسول الله صلى الله عليه وسلم لا يأكل ÙˆØده وقال صلى الله عليه وسلم خير الطعام ماكثرت عليه الأيدى
Sahabat Anas radliyallahu 'anh berkata bahwasannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah makan sendirian. Rasulullah juga pernah bersabda bahwa sebaik-baik makanan adalah yang dimakan banyak tangan.
Maksudnya keberkahan adalah bertambahnya kebaikan atas sesuatu. Berkah sebuah makanan juga berhubungan dengan seberapa banyak orang yang ikut menikmatinya, semakin banyak tangan insyaAllah semakin berkah.
Manfaat Makan Bersama Ala Rasulullah
1. Solusi agar perut lebih cepat kenyang
Dikutip dari buku yang berjudul “ 20 Amalan Pelancar Rezeki” karya Abu Ibrahim, bahwa makan secara berjamaah juga dapat menjadi solusi bagi orang-orang yang selalu merasa lapar. (Dinukil dari riwayat keluarnya dua hadist di atas)
2. Cara makan yang lebih mendatangkan keberkahan.
Sesuai dengan hadist itu juga, lebih banyak orang dipercaya makin terbuka keberkahan di dalam makanan itu. Karena makanan satu orang sebenarnya cukup untuk dua orang, dan makanan untuk dua orang cukup untuk empat orang.
Dalam hadist lain yang disebutkan bahwa, “Makanan porsi satu orang sebenarnya cukup untuk dua, makanan dua sebenarnya cukup untuk empat, dan makanan empat sebenarnya cukup untuk delapan.” (H.R. Bukhari & Muslim).
Aisyah juga menyebutkan : “Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam pernah makan bersama enam orang sahabatnya, lantas Arab Badui datang lalu memakan makanan beliau dengan dua suapan.” (H.R. Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah)
3. Mengeratkan ikatan persaudaraan
Makan bersama di satu nampan mendekatkan hati satu sama lain dan ikatan persaudaraan. Sebab semua dirasakan sama rata, dibagi rata terkadang diselingi senda gurau ringan yang menyenangkan perasaan. Suasana kedekatan antar sesama dapat terjalin dengan lebih intim.
4. Terapi untuk sifat serakah
Masih dari referensi buku yang sama disebutkan banyak makan adalah bagian dari buruknya akhlak seseorang, adapun sedikit makan adalah bagian dari baiknya akhlak seseorang. Tidak ada cara makan yanng lebih baik selain makan secara bersama-sama. Selain itu kita akan mudah merasa kenyang dengan cara ini.
Ketika makan bersama-sama, takaran porsi makanan dapat lebih terkontrol. Hasilnya, orang-orang yanng mengalami obesitas akan berhenti makan sebelum benar-benar kenyang sehingga cara ini cukup ampuh untuk menurunkan berat badan.
Referensi :Republika co.id
Meput Lesung Ala Kami
Dokpri |
Nah ... sebagai sahabat, kamipun berinisiatif menggelar makan bersama di rumahnya. Sekaligus bertujuan menghibur. Syukur-syukur agar beliau kembali bersemangat menjalani hidup. Langkah mudahnya, dengan berusaha membantu menaikkan nasfu makannya.
Sebenarnya sih buat saya ini sudah hari kedua, kemarin bersama salah satu sahabat kami sudah menemaninya makan siang, dengan budaya meput lesung. Lauknya cukup sederhana, hanya ikan goreng, lalapan, tempe, sayur asam dan gak ketinggalan sambel terasi.
Namun karena cuma bertiga, rasanya seperti masih kekurangan personil! Squad emak-emak rempong solihah kami sebenarnya ramai kalau bisa kumpul semua.
Maka jadilah hari ini kami janjian lagi dengan anggota yang lebih lengkap dan membawa masing-masing bekal dari rumah. Saya ketiban membawa urap dan ikan asin, ada yang membawa petai dan lalapan, sementara tuan rumah siap dengan nasi, sambal, lauk pauk dan tentu saja lesungnya.
Tawa berderai dengan guyonan ala emak-emak saling menggoda. Hilang sudah semua gundah, insyaAllah berganti suka dan kehangatan.
Wiiih berasa di syurga kecil ...😉😉
Tak terasa perut terisi penuh, bahkan rasa kenyang itu seperti terbawa hingga malam. Untungnya, suami sudah kembali terbang ke Jakarta, kalau tidak bisa heboh ini dunia, sebab tadi siang saya mencoba petai dan kemaren jengkol ... itu dua makanan musuh bebuyutan Pak Su tapi eatable buat emak. Haha!
Semoga setelah ini sahabat kami kembali ceria, dan tradisi ini terus dilanjutkan tidak hanya saat ingin menghibur sesama teman saja, tetapi sebagai budaya yang patut dilestarikan.
Dokpri |
kearifan lokal memang sangat baik, banyak filosofi didalamnya , dari sejak jaman dulus udah ada dan skrg sudah ditambah dg doa-doa tatacara islam
ReplyDelete😚😚
Delete