Menuju Mukmin Kaffah
Dulu kerap mengerenyitkan kening tatkala ditegur hijabku kurang sempurna. Kaos kaki entah ke mana? celana panjang masih kerap dipakai sebagai luaran. Duh, ribet sekali sih?! bukankah yang terpenting aurat tertutup sudah berarti pertanda baik? Inilah proses diri, kenapa masih juga diusili?!
Waktu dulu senengnya ngotot itu subhat, ini haram, itu gak dicontohkan rasulullah, dst. Tapi sekarang memilih menghindari adu argumen sebab Allah berjanji memberikan hadiah rumah di pinggir syurga untuk mereka yang menghindari perdebatan meskipun benar. Apalagi jika itu hanya menyangkut fiqih yang pelaksanaannya masih dalam perdebatan, silahkan gunakan dalil yang mana ... kenapa harus ngotot siapa yang benar ataupun salah, atau kamulah yang harus ikut tata caraku karena akulah yang paling benar?!
Jauh sebelum ini belum paham muamalah jual beli ada kaidah yang jelas dan mendetil dalam islam. Terkait ketentuan mencari rezeki, syarat jual beli harus bebas RIBA, gharar, dsb. Sempat merasa Ge Er Allah sayang dengan limpahan keuntungan dan kemudahan dalam berbisnis, padahal itu ujian singkat dari Allah. Mampukah aku melepas kenikmatan tatkala mengerti aturan yang haq? *Selamat tinggal MLM bathil dan jual beli sistem dropship.
Sebelumnya aku tak antipati pada asuransi. Sekalipun gak ikut asuransi apapun di luar yang diharuskan kantor suami. Namun setelah paham sistemnya haram karena seolah menjaminkan masa depan bukan kepada zat yang maha tinggi ... Jangankan tertarik ikut atau bergabung menjadi ujung tombaknya, bahkan menuliskan info produk yang berbau penjelasan yang menggiring pembaca agar menjadi customer mereka, tidak aku lakukan. Ngeri jika membayangkan akulah yang bertanggungjawab memasukkan orang lain ke kubangan maksiat.
Pernah sempat ingin membahagiakan orangtua dengan mengikuti trend sogok menyogok agar menjadi abdi negara. Setelah tahu dalilnya, merasa lega tak memakan rezeki haram seumur hidup. Terserah sekalipun ada yang menuding ... Eleh! Itu karena kamu iri gak mampu duduk manis, terlihat terhormat dan berseragam seperti mereka.
Beberapa tahun lalu, masih seneng keluyuran sendiri bahkan ke kota-kota lain tanpa mahrom sebab merasa tangguh sebagai perempuan. Sekarang, lebih betah di kamar sebab sudah mengerti bahwa sebaik-baiknya tempat untuk muslimah adalah di rumah.
Kemarin-kemarin masih kerap meratap dan kecewa pada Allah, kenapa ikhtiarku kerap gagal? Kenapa takdirku begini? Terkadang diam-diam iri melihat hidup orang di sekeliling yang diliputi kemudahan. Belakangan, berusaha lebih legowo dengan qodo dan qadar yang ditetapkan. Bahwa tak selamanya cobaan identik dengan kesulitan hidup. Bukan mutlak pula nikmat dunia yang berlimpah adalah pertanda Allah ridho.
Kala remaja merasa nyaman sebagai pribadi yang nampak banyak teman. Bukankah itu pertanda aku anak GAUL? Saat ini sudah mulai selektif, lebih mendekatkan diri para mereka yang senantiasa menyeru pada kebaikan, menggenggam tangan sahabat yang selalu mengingatkan diri pada Allah, menghindari pertemanan hanya saat ada kepentingan.
Aku yang sekarang makin ribet ya?
Aku berubah?
Tidak kawan ... aku hanyalah hamba yang masih terus mencari hakekat penciptaan
Jangan pula takut ataupun menghindar
Kecuali jika memang kamu tidak lagi ingin berteman
Akupun pernah sepertimu
Menganggap mereka yang begitu, berlebih-lebihan dalam beragama.
Namun ternyata baru kusadari, dirilah yang fakir ilmu dan terseret arus liberalisasi.
Karenanya, aku ingin berubah.
Tak inginkah kamu berjalan di sebelahku?
***
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah: 208)
#NulisBareng
#persembahanuntukislam
#SukabumiBerkarya
#DakwahUntukIslam
#OPEy2020bersamarevowriter
#OPEy2020day2
#taujihmega
No comments: