Tentang kemandirian Seorang Wanita
Mau jadi wanita mandiri yang berpenghasilan atau memilih murni mengandalkan pendapatan suami, itu adalah pilihan.
Menjadi perempuan tangguh bisa bawa kendaraan baik motor maupun mobil atau gak bisa sama sekali juga pilihan.
Janganlah dibesar-besarkan.
Yang terpenting adalah kamu mak, iya ... kamu, berbahagialah dengan dirimu apa adanya.
Tak mengapa gak pandai mencari uang, atau bahkan seolah semesta berkomplot sebab Allah gak mengizinkanmu memiliki pendapatan sendiri setelah ikhtiar sana-sini. Mungkin Dia hanya ingin kamu benar-benar menempatkan posisimu sebagai istri yang merasa cukup dengan rezeki dari tangan suami. Allah mungkin melihat aura kesombongan jikalau kamu mampu meraih segalanya tanpa campur tangannya sebagai qowwam --Semoga pendampingmu benar-benar bertanggung jawab penuh atasmu dan ikhlas menunaikan kewajibannya sebagai kepala rumah tangga--.
Tak mengapa menjadi wanita bekerja, berbisnis atau apapun itu. Baik berpenghasilan yang hanya sekedar membantu menyambung agar dapur tetap ngebul di akhir bulan atau bahkan diberi jalan rizki yang berlimpah melebihi gaji suami. Jika itu memang bermanfaat bagi orang banyak dan suamimu ikhlas atas aktivitasmu.
Gak masalah ketika kamu tak bisa pergi ke mana-mana sendirian. Motor dan mobil hanyalah sarana taat. Jangan mengeluh. Jika tak bisa mengendarainya, atau suamimu tak mengizinkan berpergian sendiri dengan kendaraan umum karena terlalu mencintaimu atau khawatir terjadi ikhtilat. Mungkin Allah memang tengah menuntunmu menjadi perempuan sholihah yang menempatkan posisi mahram di tempat semestinya. Ia tak menginginkan kamu banyak keluar rumah dan kalaupun pergi tentu untuk kepentingan syari harus selalu didampingi oleh orang-orang pilihan. Jalan itu, mungkin ladang pahala pula bagi sahabat perempuanmu atau kerabat terdekat yang masih mahrammu untuk menjemput dan sama-sama menunaikan urusan di jalan kebaikan.
Sementara mereka yang memilih mandiri ke sana-ke mari, bukan berarti wanita yang lebih unggul. Bisa jadi karena ia telah melewati banyak kesulitan hidup yang menyebabkannya harus berjuang sendirian. Dia mungkin pernah atau bahkan selalu berada dalam situasi di mana suami tak pernah di sisi atau terjepit kesulitan, maka hanya dirinyalah yang bisa diandalkannya untuk mengurus segala hal. Tak ada saudara, tetangga, bahkan orang kepercayaan yang bisa dimintai pertolongan di saat kepentingan mendesak ... Jika kamu yang begitu sementara suamimu masih bernafas dan mengandalkanmu ... berbahagialah karena berarti dia memang membutuhkan pendamping yang tak cengeng -- tentu saja dalam batas yang wajar jikalau suami pun paham syariat.
Bagaimanapun kamu ...
Sebatas apa kemandirianmu sebagai wanita, sejauh tidak melanggar aturan Allah, suamimu pun senantiasa senang dan ridho atas dirimu sementara kamu pun pandai menempatkan posisi sebagai istri ... maka semua bukan masalah.
Jangan pernah membandingkan dirimu dengan siapapun. Semua ada alasan tersendiri untuk menentukan pilihan.
Jangan pula terlalu jumawa seolah jalan kitalah yang paling benar.
Tersenyumlah selalu, karena kamu berharga ...
-Mega-
No comments: