Sharing Pengalaman Ahkamul Janaiz dan Tata Caranya
تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS. An Nisa’: 78)
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (QS. Ali Imran: 185)
Tinggal pertanyaannya bagaimana kita memanfaatkan sisa umur dengan memperbanyak amal kebaikan sebagai bekal di negeri akhirat yang kekal?
Sekitar tiga tahun lalu seingat saya pertamakali belajar tata cara mengurus jenazah atau ahkamul janaiz. Kala itu saya masih tinggal di kota Batam dan masih tergabung dalam pengajian ibu-ibu komplek perumahan Taman Hang Tuah Batam Center. Usai kelas, langsung ditunjuk tim yang nantinya akan bertugas apabila ada warga yang meninggal dunia. It means, pelajaran itu gak hanya cukup sebatas teori, namun berlanjut dengan praktek langsung apabila diperlukan.
Sampai akhirnya kembali ke kota kelahiran, terhitung 3 kali pernah terlibat dalam urusan ini. Dengan jenazah sebenarnya, bukan manekin.
Sama sekali gak bermaksud jumawa, namun yang ingin saya tekankan dalam tulisan ini, pengurusan jenazah adalah chapter pelajaran penting yang seyogyanya harus dikuasai setiap mukmin. Selain hukumnya fardu kifayah, yakni wajib dilakukan bersama-sama. Apabila sudah ada yang melakukannya, maka kewajiban muslim yang lainnya gugur.
Pahala yang dijanjikan Allah sangat besar, yakni setara 1 qirot apabila selesai sampai menyolatkan. 2 qirot apabila tuntas mengantarkan hingga ke pusara dan menguburkan jenazah. Apa itu qirot? Kira-kira setara gunung yang besar. Kalo mensitir perkataan para guru yang memberi materi ini, akhamul janaiz adalah salah satu sarana instan menambah pundi-pundi pahala secara cepat.
Selain itu ketika kita berilmu, maka apabila keluarga terdekat meninggal dunia ... kesempatan mengurus jenazah mereka adalah persembahan/bakti terakhir kepada orang-orang yang kita cintai karena Allah selain terus mengirimkan doa-doa tentunya.
Lalu, apa sih yang saya rasakan ketika menjalankan tugas perdana? Grogi iya, khawatir juga. Tapi teringat petuah ustadzah, "Bismillah saja, niatkan membantu." Logikanya siapa sih yang sengaja iseng bikin kesalahan dalam urusan seserius ini? Hanya saja terkadang manusia sering berlebihan bersikap. Takut nanti hantu mayyitnya datang kalau ada hal yang gak berkenan, semisal tali pocong kurang, mandiinnya gak bersih, ada yang tertinggal, dll. Hehehe ... Konyol memang, tapi gak bisa dipungkiri mitos ini kadang berdampak bagi sebagian orang bahkan para emak-emak awam sehingga takut mengaplikasikan ilmunya.
Ok back to topic. Pelajaran ahkamul janaiz memang tak sesimple teori, namun yakin saja semua orang pasti bisa melakukannya asalkan berkemauan kuat untuk belajar. Masalah prakteknya ... tinggal bermohon kepada Allah agar diberi kemudahan, kesabaran dan kekuatan hati sembari meluruskan niat.
InsyaAllah banyak hikmah terpendam dari ilmu dan terjun langsung mengurus saudara sesama muslim yang berpulang, diantaranya melembutkan hati. Dengan melihat kematian, alam bawah sadar kita seperti mewarning ... begitulah kira-kita apabila kelak giliran tubuh kita yang berbaring kaku ketika nyawa tercerabut dari raga. Otomatis diri menjadi banyak mengingat dosa-dosa lalu takut berbuat maksiat, bersegera bertaubat karena kelak di yaumil hisab setiap manusia akan mempertanggungjawabkan semua hal yang dilakukannya semasa hidup. Jadi benarlah sebuah petuah bijak yang mengatakan, sebaik-baik nasehat adalah kematian.
Memandikan Jenazah
Berikut saya tuliskan ringkasan ulang materi yang disampaikan Ustadzah Ummi Inas dalam 3x pertemuan di bulan juli hingga awal Agustus 2019, di Masjid Ad-Dua Bandar Lampung.
Langkah awal mengurus jenazah dilakukan dengan menyiapkan sarana penunjang sebelum memandikan jenazah, seperti;
- Air bersih dalam tong besar, seember kecil air yang sudah dicampur perasan bidara jika ada, seember air yang sudah dicampur kapur barus yang sudah digerus halus terlebih dahulu.
- Gayung atau selang, sabun/shampoo kalau bisa dalam bentuk cair saja, cottonbud atau kapas. Gunting kuku apabila diperlukan
- Kain panjang kering sebanyak 2 lembar sebagai ganti penutup aurat ketika kain basah dan handuk.
Yang perlu digarisbawahi perlakuan kita terhadap tubuh yang sudah tak bernyawa, pada dasarnya sama dengan ketika ia masih hidup. Jaga auratnya agar tak nampak, lakukan dengan lembut dan hati-hati tidak boleh menyakiti fisiknya.
Apabila mata mayat masih terbuka, tutup matanya sambil membaca doa:
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِفُلاَنٍ (بِاسْمِهِ) وَارْفَعْ دَرَجَتَهُ فِي الْمَهْدِيِّيْنَ، وَاخْلُفْهُ فِيْ عَقِبِهِ فِي الْغَابِرِيْنَ، وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، وَافْسَحْ لَهُ فِيْ قَبْرِهِ وَنَوِّرْ لَهُ فِيْهِ
“Ya Allah! Ampunilah si Fulan (hendaklah menyebut namanya), angkatlah derajatnya bersama orang-orang yang mendapat petunjuk, berilah penggantinya bagi orang-orang yang diting-galkan sesudahnya. Dan ampunilah kami dan dia, wahai Tuhan, seru sekalian alam. Lebarkan kuburannya dan berilah penerangan di dalamnya.” (HR. Muslim: 2/634)
Setelah kata si fulani diikuti menyebut nama yang meninggal dunia ...
Sebelum menyentuh jenazah hendaknya membaca doa:
"Bismillah wa ala millati Rosulillah"
Apabila jenazah sudah diangkat dan dibaringkan pada meja atau tempat memandikan jenazah, maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sbb:
- Basahi seluruh tubuh jenazah dengan air dari atas hingga ke bawah.
- Bersihkan lubang-lubang bagian kepala, seperti hidung, mata, dan mulut dengan jari yang sudah dibalut kain atau kapas bisa juga dengan cottonbud.
- Sabuni/shampo bagian rambut sambil menyisir helai demi helai rambut dengan tangan lalu bilas hingga bersih.
- Tegakkan setengah badan jenazah lalu tekan dan urut-urut bagian perut dengan harapan kotoran yang masih tertinggal di dalam perut keluar, sambil dibilas.
- Wudukan jenazah. Niatnya : Nawaitul ghusla adaa'an 'an haadzihil mayyitati lillaahi ta'aala. Wudukan seperti langkah bersuci biasa, hanya saja pada prakteknya untuk mulut dan lubang hidung, cukup dengan cipratan air secukupnya, bukan dengan memasukkan/mengucurkan air ke dalam mulut dan hidung.
- Memandikan jenazah seperti mukmin melakukan mandi janabah. Yakni menyabuni bagian kanan terlebih dahulu depan belakang, lalu bilas. Lanjut bagian kiri juga depan dan belakang (jenazah sambil dimiringkan, apabila bagian kanan yang dibersihkan berarti mayyit dimiringkan ke kiri, vise verse). Cara membilas sama, dari atas ke bawah, bagian kanan terlebih dahulu sebanyak 3x. Selesai step itu dihitung satu kali.
- Langkah selanjutnya gunakan ember yang berisi air remasan daun bidara, caranya sama dengan sebelumnya. Lalu bilas kembali. Ini dihitung sebagai bilasan kedua.
- Basahi lagi dengan ember terakhir yang berisikan air kapur barus, kemudian bilas lagi dari dengan air bersih.
- Ganti kain basah dengan kain panjang yang baru dengan membentangkan terlebih dahulu di atas jenazah, kemudian tarik kain yang basah. Always remember that ; selalu jaga aurat yang meninggal.
- Keringkan bagian yang masih basah dengan handuk.
- Selesai, jenazah diangkat kembali ke pembaringan terakhir.
Umumnya kala tim ahkamul jazaiz bekerja petugas dibagi menjadi 2 kelompok, sebagian mengemban amanah memandikan, sebagian lagi mengafankan. Saat tim memandikan jenazah bekerja, tim kafan memotong, menyiapkan dan menata kain agar tepat ketika jenazah selesai dimandikan, kain sudah dibentangkan untuk mempermudah proses selanjutnya.
Pada prinsipnya jenazah muslimah dibungkus dengan 5 atau 7 lapis kain. Sedangkan pria cukup 3 lapis saja.
Kain itu terdiri dari 2 lapis kain panjang yang sudah diukur sesuai panjang jenazah, gamis, sarung, dan kerudung (boleh ditambah cawat akan tetapi tidak masuk dalam hitungan jumlah lapis kain).
Contoh guntingan kain |
- Potong kain kafan sesuai panjang jenazah dilebihkan sekitar 3 jengkal untuk nantinya sebagai pocong atas dan bawah. Siapkan 4 lembar size yang sama. Lalu bentangkan 2 buah bersisian, saling menimpa sebanyak satu tangan (5jari) kemudian jahit dengan benang. Ulangi pada dua kain berikutnya.
- Potong kembali kafan diukur sepanjang bahu hingga ujung kaki kurang lebih, lipat dan ukur panjang kain yang sama lalu digunting. Nantinya di buat lubang setengah lingkaran atau segitiga di bagian atas sebagai lubang untuk leher. (Ini nantinya menjadi gamis)
- Potong lagi kain kira-kira sepanjang satu meter setengah untuk sarung
- Ukur kain sepanjang satu meter lalu digunting kemudian dilipat membentuk segitiga untuk kerudung.
- Potong kain seperempat meter atau kira-kira kurang dari sesiku diukur dari ujung jari tangan, untuk ganti celana dalam/cawat.
- Buat tali sebanyak sekurang-kurangnya 8 atau 10 buah (3 ukuran panjang untuk tikar, 5 atau 7 tali untuk mengikat kafan)
Langkah mengafani jenazah:
Pertama, Susun 3 tali di bawah tikar/alas kira-kira di bagian tengah kaki, pinggang dan badan atas.
Tikar bukan sesuatu yg wajib, jika tidak ada cukup kafan |
Kedua, susun setidaknya 5 tali di bawah 2 lapis pertama yang sudah dijahit. Di letakkan urutan pertama atas kepala, sekitar bahu, pinggang, betis, bawah kaki.
Ketiga, letakkan kerudung di bagian atas
Keempat, taruh gamis dengan membuka bagian yang sudah dilubangi
Kelima, letakkan sarung
Keenam cawat yang sudah dibubuhi kapas dan wewangian di atasnya
Saat jenazah sudah selesai dimandikan dan diletakkan di atas kain kafan yang sudah ditata, langkah yang harus dikerjakan adalah:
-Olesi wewangian di 7 anggota sujud jenazah. Boleh menutup beberapa bagian lubang tubuh jenazah dengan kapas (tidak wajib).
-Tutup rambut mayat dengan menggunakan kerudung sebelumnya rapikan rambut atau dikepang apabila panjang. Sisa kerudung dimasukkan ke dalam leher gamis.
-Tutup gamis, hingga sebatas bawah dada. Kemudian tutup cawat, sarung dari arah kanan lalu kencangkan di bagian sisi kiri.
-Turunkan gamis kencangkan lagi dengan menggulung sisa kain dari arah kanan ke kiri mengikuti tubuh jenazah. Terakhir tutup dengan 2 lapisan terluar dengan sambil menggulung ujung pertemuan kain hingga kencang.
-Ikat sesuai susunan tali sebaiknya mulai dari bagian kaki terlebih dahulu, bagian kepala dilonggarkan dan wajah jenazah masih bisa dibuka untuk memberikan kesempatan apabila masih ada keluarga yang ingin melihat dan memberi salam terakhir.
-Bungkus dengan tikar dan ikat lagi apabila jenazah sudah siap dikebumikan. Catatan, simpul ikatan tali berada di sebelah kiri tubuh jenazah.
Menggunakan model jemaah |
Menyolatkan Jenazah
Posisi imam berada di tengah (bagian pinggang jenazah) apabila yang meninggal perempuan. Sedangkan apabila pria, maka imam berada sejajar kepala.
Sumber : google |
Makmum perempuan apabila imam lelaki, tetap harus terpisah di bagian belakang, tidak boleh bercampur baur.
Tuntunan sholat jenazah:
1. Berdiri dan berniat
2. Takbir pertama
3. Membaca surat Alfatihah
4. Takbir kedua
5. Sholawat
6. Takbir ketiga
7. Doa untuk jenazah ( Allahummaghfirlaha warhamha wa afini wa fuanha, dst .... kalau gak hafal itu saja cukup )
8. Takbir keempat
9. Salam
Ringkasan pertanyaan dan jawaban seputar Ahkamul Janaiz
- Hukum air mata orang yang jatuh ke jenazah tidak mengapa, karena airmata buka najis. Namun alangkah lebih baik tidak bersedih yang berlebihan.
- Implan, IUD, gigi palsu jika tidak memungkinkan di lepas, tidak perlu dilakukan. Sebab, khawatir menyakiti jenazah.
- Rambut jenazah wanita apabila terlalu panjang boleh diguting lalu dikepang seperlunya sebelum ditutup kerudung
- Wanita mengurus jenazah wanita, begitu sebaliknya. Namun keluarga dekat lebih utama dan boleh suami memandikan istri, atau anak lelaki memandikan ibu. Dst
- Apabila usai mandi atau wudu, jenazah masih mengeluarkan najis, cukup dibersihkan saja
- Air mandi boleh diberi bunga jika tujuannya bukan untuk sesuatu yang syirik. Namun jika tujuannya mengharumkan air, lebih baik campuran remasan bunga, bukan bunga utuh yang dimasukkan ke dalam air. Tetapi tuntunan dari Rasulullah tidak ada dalam hal ini.
- Meski mendapat wasiat dari keluarga untuk mengurus jenazah, apabila penerima wasiat tidak faham fiqih janaiz boleh menolak permintaan.
- Apabila terjadi silang pendapat teknis selagi tidak mendasar jangan diperdebatkan. Kembalikan lagi rujukan terbaik adalah fiqih sesuai tuntunan dari Rasulullah SAW.
No comments: